Hal ini tidak berlangsung cukup lama. Memasuki Sekolah Dasar. Saya yang memang agak tomboy dengan potongan cepak mulai memberanikan diri untuk mandiri. Berangkat sekolah dengan berjalan kaki atau naik sepeda yang akhirnya saya lakukan sampai saya masuk kelas 10 (1 SMA). Di sekolah saya cukup dikenal (walau gak terkenal banget kayak genk cantik sih, tapi karena teman-teman saya cantik-cantik he.he..) karena seringnya ikut kegiatan seperti OSIS, MPK, atau mengisi kegiatan setiap bulan Agustus. Teman saya cukup banyak walau saya bukan tipe anak yang suka 'dolan'. Orang tua saya lebih suka teman-teman saya datang ke rumah dan stock jajan nggak pernah absen. Mungkin dengan begitu orang tua saya juga lebih mudah memantau pergaulan anak-anaknya. Lagi pula saya juga lebih suka berada di 'confort zone' saya sendiri. Tapi memang saya jadi tidak terlalu mengenal kota kelahiran saya. Hanya ikon-ikon saya dan temapt tertentu yang biasa saya tuju untuk kepentingan saya.
Selapas SMA saya diterima masuk ke Universitas Negeri di Surabaya. Mau tidak mau, saya harus keluar 'sedikit' dari zona nyaman saya. Walaupun sebenarnya di Surabaya saya bukan anak kos pada umumnya. Saya ikut numpang hidup di rumah saudara. Di sinilah kepribadian saya sedikit-demi sedikit mulai terbuka. Karakter orang Jawa Tengah yang melekat mau tidak mau harus beradaptasi dengan karakter orang Jawa Timur yang tegas dan terbuka. Awalnya saya memang sedikit malu-malu, lama kelamaan saya akhirnya bisa beradaptasi tapi tanpa menghilangkan karakter ke-Jawa Tengah-an saya. Bingung? jadi gini, ada kalanya saya begitu gamblang berbicara lantang tapi tetap dengan nilai rasa yang terdengar 'lembut' (bukan berarti Jawa Timuran kasar ya, bukan itu) tapi memang yang tidak terbiasa dengan perbedaan budaya dia tidak akan merasakannya. Di sinilah karakter saya mulai terbentuk. Empat tahun di Surabaya membentuk rasa percaya diri saya tumbuh, walaupun tetep saya bukan tipe 'vocal' he he.
Selepas lulus, saya pulang ke Kudus, beberapa bulan setelahnya, saya memutuskan melanjutkan studi saya dan alhamdulillah masuk ke universitas negeri di Yogyakarta. Di Yogya, saya akhirnya merasakan menjadi anak kos yang sesungguhnya hihihi lebai yah.. di sini saya dipertemukan dengan teman-teman baru yang jangkauannya lebih luas lagi. Di Kos, saya juga punya teman dekat yang kebetulan orang Sunda yang punya kepribadian yang cukup terbuka dan tegas. Saya banyak belajar dari dia. Terutama belajar PD, mengemukakan pendapat, mengutarakan pikiran dan 'isi hati' hihihihi. Tapi benar, saya tidak terlalu pandai memulai obrolan, tapi setelah kenal dan berbicara susah berhentinya. Bertahun-tahun tinggal dengan orang-orang yang berbeda budaya, saya jadi belajar memahami karakter orang dan cara memperlakukannya. Ini menajdi salah satu kekuatan saya dalam bersosialisasi. Yang dulu tertutup dan nggak-PD-an, sekarang jadi lebih berani.
INTROVERT >< EKSTROVERT ??
Kecemasan saya terhadap diri saya sendiri belakangan ini sangat mengganggu. Mungkin cerita masa kecil saya dulu adalah bagian dari pengembangan karater diri saya dari kecil sampai dewasa. Tapi, lama-kelamaan saya merasa ada yang aneh dengan diri saya. Di satu waktu saya sangan senang berbicara dan berkumpul dengan orang, tapi di sisi lain saya merasakan kedamaian ketika berada sendirian di dalam ruang saya sendiri. Saya semapat merasa bahwa saya ini seorang introvert, tapi di sisi lain saya senang bersosialisasi dengan banyak orang walaupun kalau terlalu lama 'ngumpul' atau berada di keramaian saya merasa lelah, energi saya seperti habis, dan saya butuh 'me time' lebih banyak. Saya sempat menanyakan kondisi psikologi saya pada kakak sepupu yang memang lulusan psikologi. Saya disarankan mengikuti tes kepribadian (secara online). Hasilnya memang kepribadian saya ini seperti 'campuran'. Kondisi kepribadian saya ini biasa disebut dengan ambivert.
Apa itu AMBIVERT?
Ambivert
atau Ambiversion merupakan Kepribadian manusia yang berada ditengah-tengah
introveert dan ekstrovert yang seimbang. Dengan demikian seseorang yang
memiliki kepribadian ambivert dapat merasa nyaman dalam kondisi apapun, seperti
disaat mereka sedang sendiri ataupun sedang berada ditempat yang penuh dengan
keramaian. Sehingga seseorang yang mempunyai kepribadian
ambivert bisa lebih fleksibel dalam beraktifitas jika kepribadian ini
bisa dikelola dengan baik. Bahkan ada juga yang mengatakan jika seseorang
dengan kepribadian ambivert adalah orang yang memiliki kepribadian ganda. (sumber: https://dosenpsikologi.com/kepribadian-ambivert)
10 Fakta seputar Kepribadia Ambivert
Menurut para
psikolog, orang ambivert adalah mereka yang memiliki ciri-ciri ekstrovert dan
introvert. Mereka yang tergolong ambivert disebut-sebut lebih baik dalam
memahami emosi orang lain karena gabungan sifat terbuka dan tertutup tadi.
Untuk mengenal orang ini, ada 10 fakta seputar kepribadian ambivert, seperti
dilansir dari The Stir.
1. Populasi orang ambivert di dunia ternyata lumayan banyak,
sekitar 38%.
Namun mereka pada umumnya tidak menyadari jika
memiliki kepribadian ini
2. Ambivert berbagi sifat dengan introvert dan ekstrovert.
Mereka
yang ambivert umumnya memiliki kemampuan bersosialiasi yang baik dan juga
terkadang butuh waktu untuk sendiri.
3. Ambivert memiliki kepribadian yang fleksibel.
Mereka
bisa bolak balik dari kepribadian introvert ke ekstrovert.
4. Ambivert adalah pedagang yang hebat.
Sebuah studi
di Wharton School menemukan orang-orang yang memiliki kepribadian ini mampu
melakukan penjualan terbaik dan membawa uang paling banyak
5. Ambivert biasanya tak yakin dengan kepribadian mereka.
Hal
ini yang membuat para ambivert terkadang merasa terjebak, tidak tahu kapan
harus bertindak atau mencoba sesuatu yang berbeda.
6. Merasa nyaman di mana saja adalah salah satu tanda seorang
ambivert.
Biasanya, seorang introvert cenderung lebih senang
berada di lingkungan yang tenang, sementara ekstovert lebih senang dengan
suasana yang ramai dan menyenangkan. Ambivert akan alami keduanya, namun dengan
waktu-waktu tertentu
7. Intuisi adalah bagian dari seorang ambivert. Tidak
seperti ekstrovert yang kadang-kadang sulit untuk berhenti berbicara, ambivert
secara naluriah tahu kapan harus mendengarkan atau diam
8. Mereka yang ambivert akan memiliki “emosional bilingual”.
Mereka pandai
membaca emosi orang lain
9. Ambivert biasanya akan bertindak unik di media sosial.
Studi
menemuan jika mereka yang ambivert akan lebih terbuka dalam pertemanan namun
lebih tahu batas-batasan untuk kapan berbicara atau diam
10. Mereka yang ambivert dikatakan sebagai orang tua yang
baik, karena mareka pintar dalam memberi dan juga menerima.
Sumber artikel asli : http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/02/10-fakta-seputar-kepribadian-ambivert
Mempunyai keribadian ambivert tidaklah membuat saya tampak buruk, seolah 'bermuka dua'. Saya lebih menyebutnya ini juga sebagai kelebihan. Saya bisa begitu asik dengan diri saya sendiri tapi juga merasa bahagia ketika berkumpul dengan orang banyak.
0 comments:
Post a Comment