Menara Kudus mosque (Karya : @agungdwiyan)
*http://www.kudusexplore.com/2016/05/urban-sketching-lagi-hits.html
Film 'Crazy Rich Asian' yang diekranisasi dari novel ini memang sedang hangat menjadi perbincangan. Eiits, tapi saya nggak akan membahas secara lebih dalam perihal film tersebut. Beberapa hari yang lalu, saya justru tertarik dengan tagar #CrazyRichSurabayan yang muncul di Twitter, atau bisa aja baca beritanya di>>> https://www.idntimes.com/hype/viral/danti/crazy-rich-asian-sukses-muncul-9-cuitan-kocak-crazy-rich-surabayan/full .
Saya sebagai orang yang pernah menetap di Surabaya selama kurang lebih 4 tahun memang sangatlah terhibur dengan tagar tersebut, malah lebih menghibur dari pada filmnya *ups maaf ini pendapat saya pribadi yah :) Saya merasa 'dekat' karena melihat secara langsung kehidupan mereka, ya walaupun nggak secara keseluruhan kehidupan mereka. Tapi, setiap akhir pekan jika kita ke Mall yang cukup besar di Surabaya pastilah kita bisa melihat sisi-sisi kehidupan mereka yang terekspose. Dalam kesehariannya mungkin memang terlihat 'sederhana' tapi apa yang mereka kenakan sebenarnya tidaklah murah. Tapi, hal tersebut sudah menjadi sesuatu yang wajar saja di sana, hanya baru-baru ini mencuat ke permukaan karena efek film yang menggambarkan sisi lain kehidupan orang-orang super kaya di Asia. Film ini menjadi Box Office di luar mungkin karena orang 'Barat' melihat sesuatu yang baru di wajah 'Timur'. Padahal menurut saya ini biasa saja, tapi memang menarik dan menghibur.
Terlepas dari orang-orang super kaya di Surabaya. Saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya yang tinggal di kota yang terbilang cukup kecil tapi punya cerita kehidupan orang-orang kaya juga di sini.
Beberapa tahun lalu saat saya masih menjadi freelancer photographer, saya mendapat job mendokumentasikan acara di sebuah sekolah di Gebog, Kudus. Saya pikir, biasalah acara perpisahan sekolah atau semacamnya. Ternyata bukan, waktu itu sekitar tahun 2008-2009 saya datang ke sekolah sebuah SD Negeri dan mendapati ada siswanya membawa ponsel yang cukup mahal di masa itu. Padahal HP saya saja masih yang tergolong biasa saja, maklum ya saya rakjat jelata #halah hehehe. Saya, nggak cuma kaget dengan hal tersebut, tapi beberapa anak tersebut ke sekolah bahkan nggak sendirian, juga bukan ditemani orang tuanya, tapi biasa dipanggil 'mbak-nya' yang siap mengikuti kemanapun si anak pergi. Si 'mbak-nya' ini juga awalnya saya pikir memang kakak/saudaranya yang mengantar, karena penampilannya saja berbeda. Bajunya rapi, bukan seperti baby sitter yang pakai seragam. Melainkan pakai pakaian casual dan cukup modis . Sepatu yang dikenakan saat itu saja sekelas Kickers coy! sekarang aja masih mahal buat saya, apalagi tahun itu hehehe. Lanjut tugas saya hari itu, yang saya pikir akan mendokumentasikan acara, eh ternyata saya harus memotret kakak-beradik yang sedang mengikuti acara di sekolahnya. Dan saya baru sadar bahwa saya jadi fotografer pribadi buat anak-anak kecil ini. Hahaha.
Beberapa tahun lalu saat saya masih menjadi freelancer photographer, saya mendapat job mendokumentasikan acara di sebuah sekolah di Gebog, Kudus. Saya pikir, biasalah acara perpisahan sekolah atau semacamnya. Ternyata bukan, waktu itu sekitar tahun 2008-2009 saya datang ke sekolah sebuah SD Negeri dan mendapati ada siswanya membawa ponsel yang cukup mahal di masa itu. Padahal HP saya saja masih yang tergolong biasa saja, maklum ya saya rakjat jelata #halah hehehe. Saya, nggak cuma kaget dengan hal tersebut, tapi beberapa anak tersebut ke sekolah bahkan nggak sendirian, juga bukan ditemani orang tuanya, tapi biasa dipanggil 'mbak-nya' yang siap mengikuti kemanapun si anak pergi. Si 'mbak-nya' ini juga awalnya saya pikir memang kakak/saudaranya yang mengantar, karena penampilannya saja berbeda. Bajunya rapi, bukan seperti baby sitter yang pakai seragam. Melainkan pakai pakaian casual dan cukup modis . Sepatu yang dikenakan saat itu saja sekelas Kickers coy! sekarang aja masih mahal buat saya, apalagi tahun itu hehehe. Lanjut tugas saya hari itu, yang saya pikir akan mendokumentasikan acara, eh ternyata saya harus memotret kakak-beradik yang sedang mengikuti acara di sekolahnya. Dan saya baru sadar bahwa saya jadi fotografer pribadi buat anak-anak kecil ini. Hahaha.
Dan yang benar saja, hari itu saya lari-larin ngejar dua bocah ini kemanapun dia pergi, dari panggung sampai acara selesai. Tetep yah profesionalitas :)
Selesai acara, 'Bos' saya waktu itu juga cerita. Itu anak-anak habis liburan dari Jerman se-embak-embaknya juga dibawa. hihiihi. Keluarga besar pegusaha rokok ini memang menaruh perhatian besar dengan warga sekitar, apalagi CSR yang diberikan ke beberapa lembaga seperti sekolah ini. Ya wajarlah, si empunya saja kalau mau datang ke sebuah acara punya team make-up pribadi, bahkan kalau acaranya di luar kota mereka semua diboyong. Diajak jalan-jalan ke mall seperti tidak ada jarak diantara mereka. Bahkan saking baiknya, beliau juga membayar tagihan belanja mereka. Jadi terkadang malah timbul rasa sungkan, baru melihat-lihat barang saja udah disuruh ambil bawa ke kasir tanpa melihat harganya he.he.he
(FYI aja) Bos perusahaan rokok besar di kota ini yang sekaligus atlet tertua di Asian Games 2018 aja punya kebiasaan unik kalau pergi ke kantor, dia mengendarai mobil Rolls-Royce dengan kecepatan rendah dan driver pribadinya lari-lari kecil mengikutinya, padahal kantornya ada di depan rumah hehehe. Kalau ada yang lagi ulang tahun pada ditraktir Starbucks dia bawa both/ food truck ke kantor macam artis korea yang saling support ketika shooting drama hahaha. Orang kaya mah bebas :)
(FYI aja) Bos perusahaan rokok besar di kota ini yang sekaligus atlet tertua di Asian Games 2018 aja punya kebiasaan unik kalau pergi ke kantor, dia mengendarai mobil Rolls-Royce dengan kecepatan rendah dan driver pribadinya lari-lari kecil mengikutinya, padahal kantornya ada di depan rumah hehehe. Kalau ada yang lagi ulang tahun pada ditraktir Starbucks dia bawa both/ food truck ke kantor macam artis korea yang saling support ketika shooting drama hahaha. Orang kaya mah bebas :)
0 comments:
Post a Comment