Kehilangan dirimu, membuatku menjadi diri sendiri.
[Milk and Honey, Rupi Kaur: 174]
Beberapa bulan yang lalu, sebenarnya saya sudah mendapat buku kumpulan puisi ini dalam bentuk pdf berbahasa Inggris. Dari awal membaca di bagian pertama, buku ini memang sudah menarik perhatian saya. Tapi, meng-interpretasi diksi apalagi dalam bentuk puisi bahasa asing bukanlah keahlian saya. Walaupun kita bisa dengan mudah mengalihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia karena pilihan katanya cukup sederhana, tapi tetap terasa ada pesan yang belum 100% sampai ke pembaca karena padanan kata dalam dua bahasa yang berbeda bisa mengakibatkan salah dalam menafsirkan sebuah makna. Tapi, kalau jodoh emang nggak akan kemana. Akhir bulan lalu ketika saya berada di Jakarta, tepatnya saat ke Senayan City, saya menyempatkan mengunjungi toko buku, kebetulan ada TB. Gunung Agung. Sudah cukup lama saya berputar-putar di rak 'Sastra' tapi belum ada yang menarik perhatian saya hingga akhirnya saya melihat buku dengan cover yang sangat tidak asing bagi saya.
Yap, saya menemukan buku karya Rupi Kaur : Milk and Honey yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Tanpa berfikir panjang, saya belilah buku ini yang memang tinggal dua saja!
Buku ini 204 halaman ini terdiri dari empat bagian:
1. Luka
2. Cinta
3. Kehancuran
4. Hari baru
Sekilas tentang penulis. Rupi Kaur ini seorang perempuan kelahiran Punjabi yang kini menetap di Kanada karena mengikuti orang tuanya pindah ketika masih berumur emapt tahun.Dia juga dikenal sebagai feminis yang sangat terlihat dalam puisi-puisinya yang banyak mengngkat tentang perempuan, pelecehan, cinta, dan rasa kehilangan.
Buku ini memang banyak membahas tentang perempuan dan apa yang telah di laluinya. Buku ini lahir sepertinya bukan hanya dari pengalaman penulis tapi dari kisah-kisa perempuan lain di sekelilingnya, salah satunya adalah IBU.
Mati-matian aku berusaha untuk memahami bagaimana seseorang bisa menumpahkan seluruh jiwa, darah, dan tenaga bagi seseorang tanpa mengharapkan apa-apa kembali. -Kelak kupahami ini ketika aku menjadi seorang ibu
Kutipan puisi di atas sangat begitu menyentuh hati saya. Melalui kehidupan perempuan lain saya merasakan perasaan yang hampir sama. Perasaan dimana ketika kita jatuh hati pada seseorang bahkan tanpa mengharapkan balasan, ketika kita menyaksikan kelahiran, kehidupan baru. Ketika melihat ketidakberdayaannya, kita ingin menolongnya, membuatnya aman dan nyaman. Hal ini membuat saya pribadi makin memahami posisi orang lain dan makin membuat saya berhati-hati ketika berhadapan dengan pribadi-pribadi yang berbeda dengan kita. [Paragraf ini akan saya kembangan dalam post saya berikutnya yang berjudul 'Berkatalah yang baik, atau Diam!']
Di bagian kedua buku ini membahas tentang cinta. Perempuan yang jatuh cinta yang awalnya berbunga-bunga dan berakhir tersiksa oleh cintanya sendiri. Bab kedua ini menggambarkan bagaimana hubungan dua manusia yang berbeda, pria dan wanita ketika menjalin hubungan dan mengalami permasalahan dalam hubungannya sehingga kedua pihak lupa bagaimana seharusnya saling mengasihi justru saling menyakiti satu sama lain. Sebuah gambaran hubungan yang Realistis.
Kita bertengkar lebih sering dari pada semestinya karena hal-hal yang bahkan kita tidak ingat lagi tak juga peduli karena begitulah cara kita kabur dari konfrontasi
Di bagian ketiga, buku ini menuliskan tentang kehancuran, tapi tulisannya sangatlah logis dan menghibur hati. Untuk yang patah hati dan ingin segera move on cocok sekali untuk jiwa-jiwa yang ingin kembali pulih dari luka supaya bisa lebih mencintai diri sendiri.
Aku harus pergi, aku lelah membiarkanmu membuatku merasa separuh dan bukannya utuh.
Aku pergi bukan karena aku berhenti mencintaimu. Aku pergi karena makin lama aku bertahan makin tidak kucintai diriku.Penulis dengan apiknya menggambarkan seseorang yang jatuh cinta pada hati yang keliru. Tapi, disaat bersamaan dia membuka mata seseorang yang selama ini dibutakan oleh cinta agar logikanya pulih. Bahkan penulis memberi tips apa yang harus dilakkan setelah patah hati. Kegiatan-kegiatan positif yang menyenangkan dan menenangkan.
Di bagian akhir merupakan 'hari baru' berisi kalimat-kalimat membangun yang akan membuat hati yang patah kembali mencintai dunianya.
Tak perlu repot-repot berpegangan tangan pada sesuatu yang tak mengharapkan dirimu. -Kau tak perlu menahan kepergiannya.
Dan salah satu bagian yang saya sukai dalam bab terakhir ini adalah:
yang kupunya
adalah yang kumiliki
dan aku bahagia
aku telah kehilangan
apa yang telah pergi
dan aku masih
tetap
bahagia
-cara pikir
Mungkin yang sedang atau membaca buku ini tidak dalam sedang patah hati, tapi cukup bikin senyum-senyum sendiri, membaca sambil kontempelasi. Mungkin ada bagian-bagian yang teman-teman pernah alami, dan sekarang jadi pelajaran bagi diri sendiri.
0 comments:
Post a Comment